Pukul 10 malam, saat rasa kantuk datang
Aku mendengar bidadariku menangis
Ia menangis sambil menjerit meratapi sayapnya
Ya, sayap bidadariku kini mulai rapuh dimakan usia
Aku berusaha melakukan apapun untuk memperbaiki
Namun semua terasa sia-sia karena ia terus merasa kesakitan
Menangis, teriak, meringis, tiap malam aku mendengar itu
Tak sanggup telinga ini mendengar jeritannya
Tak bisa ku menahan airmata ketika melihatnya menangis
Bidadariku, kenapa engkau menangis?
Semua tubuhnya sakit, katanya
Bidadariku, apa yang harus aku lakukan untuk mengobati?
Usaplah sayap ini dengan sepenuh hati, pintanya dengan lembut
Aku rindu senyumannya yang menjadi alasanku tersenyum
Namun ia hanya bisa meringis kesakitan
Aku rindu semangatnya yang membuatku jauh lebih semangat
Sekarang, hanya mendung yang ku lihat dari wajahnya yang cantik
Saat tengah malam, ketika semuanya menikmati mimpi indah
Bidadariku masih menjerit-jerit
Aku tidak bisa menikmati mimpi indahku akhir-akhir ini
Karena bidadariku adalah salah satu dari mimpiku yang paling indah
Mimpiku, aku ingin membalas jasanya dengan memberikan kebahagiaan
Mimpiku, aku ingin menunjukkan hasil dari doa-doa yang selama ini ia panjatkan
Karena hanya doa darinya yang mampu mengantarku menjadi seorang manusia
Seorang manusia yang baik untuk semua orang di bumi
Saat aku kecil, bidadariku selalu mengajarkan kebaikan
Ia selalu menyuruhku untuk memberikan senyumanku kepada siapapun
Entah untuk orang yang menyayangiku
Maupun yang datang hanya untuk melukaiku
Bidadariku adalah penjaga disaat aku terlelap
Bidadariku adalah koki terhebat disaat aku lapar
Dan bidadariku adalah penyemangat terbesar dalam hidupku
Bidadariku, aku ingin engkau cepat pulih
Aku ingin melihat engkau terbang kesana dan kemari
Seperti apa yang biasa engkau suka
Bidadariku, aku ingin melihat senyumanmu lagi
Karena senyuman adalah hal paling cantik yang kau miliki
Aku menyayangimu, bidadariku
Aku ingin kau kembali menjadi senyuman terindah
Dan juga penyemangat terhebat
Inilah catatan harian seorang gadis, disamping bidadarinya yang terluka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar