Entah sejak kapan kepompong ini tumbuh di dalam perutku
Melahirkan kupu-kupu yang sangat indah dan menggelitik perutku
Ketika senyum itu kembali mengembang di pagi hari
Bagaimana kau terlihat begitu sempurna dimataku
Suara lembutmu bagaikan melodi di telingaku
Wajahmu adalah lukisan terindah yang Tuhan ciptakan
Aku seakan hidup diantara dandelion, angin menamparku lembut
Aku kesal, mengapa ada makhluk indah seperti dirimu
Waktu memang terus berjalan setiap harinya
Tapi tidak dengan perasaanku ini
Bodoh memang, aku terus mencintaimu setiap hari
Kau terus menebar keindahan di depan mataku ini
Tanpa kau tahu, aku selalu ada di balik kabut sejuk yang menyelimuti dirimu
Aku melakukan itu hanya untuk memastikan kau baik-baik saja
Tanpa kau tahu, aku selalu ada diantara hangatnya mentari pagi
Itu karena aku berharap kau akan bersikap hangat kepadaku
Detik ini, aku mohon kau mendengarkan diriku
Betapa besar perasaanku kepadamu
Betapa lelah aku memendam ini sendirian
Betapa kuatnya kau mematahkan tulangku hanya dengan senyumanmu
Sungguh, aku ingin menyapamu saat kau menebar senyuman itu
Apa kau ingat? Aku adalah si gadis yang berlari mengejarmu
Aku adalah gadis yang tunggang-langgang untuk mendapatkan hatimu
Aku terseok-seok diantara semua gadis yang terjerat parasmu
Mungkin kau tidak lagi menaruh perasaan apapun padaku
Aku memaklumi itu, mana mungkin kau jatuh cinta pada si gadis bodoh ini
Aku hampir mati saat melihat wajah teduhmu menatapku
Terlebih saat kau memanggil namaku dengan lengkapnya
Menurutku, dengan memendam perasaan ini adalah cara terbaik
Aku tak kuasa jika berdampingan dengan makhluk sempurna sepertimu
Bohong bila aku tidak menginginkanmu saat ini
Aku hanya belum mampu menormalkan degup jantungku saat melihatmu
Aku harap kita dapat bertemu lagi suatu saat nanti
Terlebih, disaat aku sudah bisa mengendalikan degup jantung ini
Maaf bila aku pingsan, saat kau membersihkan daun gugur dirambutku
Dan juga saat kau menggenggam tanganku dengan tangan lembutmu itu
Ini hanya puisi kecil yang bisa aku tuliskan pada sebuah origami
Dan aku hanyutkan ke sungai yang jernih seperti mata indahmu
Aku hanya bisa berharap ujung sungai ini bisa membawa suratku
Barangkali Tuhan mengijinkan engkau mengetahui apa yang aku rasakan
Requested by: Soraya Nadhifah
Melahirkan kupu-kupu yang sangat indah dan menggelitik perutku
Ketika senyum itu kembali mengembang di pagi hari
Bagaimana kau terlihat begitu sempurna dimataku
Suara lembutmu bagaikan melodi di telingaku
Wajahmu adalah lukisan terindah yang Tuhan ciptakan
Aku seakan hidup diantara dandelion, angin menamparku lembut
Aku kesal, mengapa ada makhluk indah seperti dirimu
Waktu memang terus berjalan setiap harinya
Tapi tidak dengan perasaanku ini
Bodoh memang, aku terus mencintaimu setiap hari
Kau terus menebar keindahan di depan mataku ini
Tanpa kau tahu, aku selalu ada di balik kabut sejuk yang menyelimuti dirimu
Aku melakukan itu hanya untuk memastikan kau baik-baik saja
Tanpa kau tahu, aku selalu ada diantara hangatnya mentari pagi
Itu karena aku berharap kau akan bersikap hangat kepadaku
Detik ini, aku mohon kau mendengarkan diriku
Betapa besar perasaanku kepadamu
Betapa lelah aku memendam ini sendirian
Betapa kuatnya kau mematahkan tulangku hanya dengan senyumanmu
Sungguh, aku ingin menyapamu saat kau menebar senyuman itu
Apa kau ingat? Aku adalah si gadis yang berlari mengejarmu
Aku adalah gadis yang tunggang-langgang untuk mendapatkan hatimu
Aku terseok-seok diantara semua gadis yang terjerat parasmu
Mungkin kau tidak lagi menaruh perasaan apapun padaku
Aku memaklumi itu, mana mungkin kau jatuh cinta pada si gadis bodoh ini
Aku hampir mati saat melihat wajah teduhmu menatapku
Terlebih saat kau memanggil namaku dengan lengkapnya
Menurutku, dengan memendam perasaan ini adalah cara terbaik
Aku tak kuasa jika berdampingan dengan makhluk sempurna sepertimu
Bohong bila aku tidak menginginkanmu saat ini
Aku hanya belum mampu menormalkan degup jantungku saat melihatmu
Aku harap kita dapat bertemu lagi suatu saat nanti
Terlebih, disaat aku sudah bisa mengendalikan degup jantung ini
Maaf bila aku pingsan, saat kau membersihkan daun gugur dirambutku
Dan juga saat kau menggenggam tanganku dengan tangan lembutmu itu
Ini hanya puisi kecil yang bisa aku tuliskan pada sebuah origami
Dan aku hanyutkan ke sungai yang jernih seperti mata indahmu
Aku hanya bisa berharap ujung sungai ini bisa membawa suratku
Barangkali Tuhan mengijinkan engkau mengetahui apa yang aku rasakan
Requested by: Soraya Nadhifah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar