Senin, 15 Juni 2015

Day 2(#7HariTerangganaJatuhCinta): Ketika Aku, Jatuh Cinta Denganmu.

Hai kamu, iya kamu. Orang yang membuatku percaya bahwa masih ada laki-laki yang pantas untuk di banggakan. Bahwa ternyata masih ada laki-laki yang pantas di percaya.
Kamu, memang sedingin es. Tapi, aku tau kamu bisa menjadi sosok yang menghangatkan. Entah, sudah berapa kali aku mengatakan bahwa kamu berbeda. Entah, sudah berapa kali aku membanggakanmu di depan teman-temanku, sampai mereka mungkin lelah mendengarnya.
Hanya karenamu, aku merasa terlindungi. Hanya karena sifatmu, aku percaya hampir sepenuhnya bahkan mungkin sudah percaya sepenuhnya kepadamu. Tapi, kenapa mereka meragukanmu?
Mereka berkata, bahwa kamu tak peduli. Mereka berkata, bahwa kamu tak seperti apa yang aku banggakan selama ini. Aku menjadi takut.
Ketika semuanya datang dan pergi tanpa kejelasan yang pasti. Kamu hadir diantara kegelapan rasa percayaku terhadap semua yang aku percaya. Kamu ada, dimana aku ingin seorang pendengar yang baik.
Aku tau, aku tak selalu di jadikan prioritas. Tidak jarang rasanya kamu selalu membagi waktumu antara kesibukanmu, dan aku. Tapi aku mengerti akan hal itu, kamu pasti akan berusaha untuk mempunyai waktu bersamaku, kan? Aku mempercayai itu.
Bahagia itu selalu kamu buat dengan sederhana. Kamu datang dengan eskrim. Atau kamu datang dengan segudang ceritamu. Aku juga bahagia. Apalagi saat kamu mempunyai waktu senggang, dan kita bisa berbincang sepuas hati kita. Kamu ingat?
Bahagiaku paling utama, adalah saat aku bisa merasakan tertidur di pundakmu. Kamu mengusap rambutku, sampai akhirnya kamu ikut tertidur. Ah, aku sangat merindukan yang satu itu. Kamu melakukan suatu hal yang pasti tak akan mereka bayangkan. Itu semua yang menjadi alasanku, mengapa aku menyayangimu sampai detik ini, saat aku menulis surat ini.
Aku ingat hari dimana kamu sedang sibuk-sibuknya di tengah kegiatanmu. Masih terasa sama rasanya. Aku seperti sendirian merasakan ini. Aku bertanya kepada-Nya, apakah kamu akan terus membuatku jatuh cinta?
Kalau boleh aku jujur, aku sempat merasakan rasa iri yang teramat sangat saat melihat pasangan-pasangan lain yang bisa berkomunikasi setiap harinya, aku iri melihat mereka yang bisa selalu bersama tanpa terhalang oleh waktu.
Apa aku boleh menyalahkan waktu? Apa boleh aku egois sebentar saja? Bila aku egois, mungkin aku akan membenci hari Minggu. Aku akan membenci hari libur. Aku juga akan membenci kesibukan diantara kita. Aku, juga pasti akan membenci semuanya yang membuat kamu sibuk. Tapi apa bisa aku bersikap egois seperti itu? Marah? Menuntut? Aku hanya bisa mengeluh dalam diriku.
Tolong, dengarkan yang sebenarnya terjadi pada hatiku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar