Semua berganti,
Tahun, bulan, tanggal,
Semua bersorak-sorak menyambutnya
Mereka tertawa lepas,
Mereka bernyanyi-nyanyi,
Mereka bahagia
Sedangkan aku masih berada disini
Seperti tidak ada yang berubah dari sebelumnya
Masih terasa buram, suram, muram
Ada apa dengan duniaku?
Aku tidak bisa membagikan senyum seperti biasanya
Airmata, jeritan, kesakitan yang aku lihat
Apa yang bisa aku bagikan bila yang aku lihat hanya ini
Apa benar ini duniaku?
Kata orang, setiap manusia akan menghadapi dunia yang berbeda-beda
Aku tidak bisa menemukan senyumanku disini
Aku kehilangan arahku
Aku kehilangan selera tertawaku
Aku ingin berteriak,
Kenapa duniaku seperti ini?!
Kenapa aku tidak bisa menemukan senyumanku?!
Kembalikan aku! Kembalikan aku!
Aku bukanlah manusia yang bisa menunjukkan tangisannya
Menunjukkan kesedihan dan airmatanya kepada yang lain
Aku bukanlah sang penjelajah yang mencari perhatian dan simpati
Aku, orang yang seharusnya selalu membuat orang tertawa
Hidupku seharusnya ramai dan tidak busuk seperti ini
Tidak, aku tidak lelah dengan dunia yang sekarang
Namun aku hanya ingin senyumanku kembali
Kembalikan senyumku! Kembalikan duniaku!
Namun, mungkin saja Tuhan akan mengganti dunia yang baru
Dunia yang mungkin paling indah dari dunia manapun
Tapi, yang harus kalian tahu,
Aku merasa sesak karena terus berada di dalam sini
Tidak enak rasanya berusaha tersenyum dan tertawa
Namun sembari mendengar isakan dan jeritan kesakitan
Bagaimana jika sang Arjuna datang dan sang Permaisuri menangis?
Sang Permaisuri terlihat lusuh karena lupa cara tersenyum
Apa sang Arjuna masih tetap mencintainya dan berada di sisinya?
Atau akan pergi mencari Permaisuri yang lebih baik?
Satu pintaku,
Kembalikan senyumanku
Karena hanya senyuman itu yang membuat dirinya jatuh cinta
Requested by: Anna Nazhira Satyadhi
with or without you by my side, I'm gonna achieve all the goals I have set/tapi boong/
Kamis, 31 Desember 2015
Senin, 28 Desember 2015
Tolong, Bidadariku Terluka
Pukul 10 malam, saat rasa kantuk datang
Aku mendengar bidadariku menangis
Ia menangis sambil menjerit meratapi sayapnya
Ya, sayap bidadariku kini mulai rapuh dimakan usia
Aku berusaha melakukan apapun untuk memperbaiki
Namun semua terasa sia-sia karena ia terus merasa kesakitan
Menangis, teriak, meringis, tiap malam aku mendengar itu
Tak sanggup telinga ini mendengar jeritannya
Tak bisa ku menahan airmata ketika melihatnya menangis
Bidadariku, kenapa engkau menangis?
Semua tubuhnya sakit, katanya
Bidadariku, apa yang harus aku lakukan untuk mengobati?
Usaplah sayap ini dengan sepenuh hati, pintanya dengan lembut
Aku rindu senyumannya yang menjadi alasanku tersenyum
Namun ia hanya bisa meringis kesakitan
Aku rindu semangatnya yang membuatku jauh lebih semangat
Sekarang, hanya mendung yang ku lihat dari wajahnya yang cantik
Saat tengah malam, ketika semuanya menikmati mimpi indah
Bidadariku masih menjerit-jerit
Aku tidak bisa menikmati mimpi indahku akhir-akhir ini
Karena bidadariku adalah salah satu dari mimpiku yang paling indah
Mimpiku, aku ingin membalas jasanya dengan memberikan kebahagiaan
Mimpiku, aku ingin menunjukkan hasil dari doa-doa yang selama ini ia panjatkan
Karena hanya doa darinya yang mampu mengantarku menjadi seorang manusia
Seorang manusia yang baik untuk semua orang di bumi
Saat aku kecil, bidadariku selalu mengajarkan kebaikan
Ia selalu menyuruhku untuk memberikan senyumanku kepada siapapun
Entah untuk orang yang menyayangiku
Maupun yang datang hanya untuk melukaiku
Bidadariku adalah penjaga disaat aku terlelap
Bidadariku adalah koki terhebat disaat aku lapar
Dan bidadariku adalah penyemangat terbesar dalam hidupku
Bidadariku, aku ingin engkau cepat pulih
Aku ingin melihat engkau terbang kesana dan kemari
Seperti apa yang biasa engkau suka
Bidadariku, aku ingin melihat senyumanmu lagi
Karena senyuman adalah hal paling cantik yang kau miliki
Aku menyayangimu, bidadariku
Aku ingin kau kembali menjadi senyuman terindah
Dan juga penyemangat terhebat
Inilah catatan harian seorang gadis, disamping bidadarinya yang terluka
Aku mendengar bidadariku menangis
Ia menangis sambil menjerit meratapi sayapnya
Ya, sayap bidadariku kini mulai rapuh dimakan usia
Aku berusaha melakukan apapun untuk memperbaiki
Namun semua terasa sia-sia karena ia terus merasa kesakitan
Menangis, teriak, meringis, tiap malam aku mendengar itu
Tak sanggup telinga ini mendengar jeritannya
Tak bisa ku menahan airmata ketika melihatnya menangis
Bidadariku, kenapa engkau menangis?
Semua tubuhnya sakit, katanya
Bidadariku, apa yang harus aku lakukan untuk mengobati?
Usaplah sayap ini dengan sepenuh hati, pintanya dengan lembut
Aku rindu senyumannya yang menjadi alasanku tersenyum
Namun ia hanya bisa meringis kesakitan
Aku rindu semangatnya yang membuatku jauh lebih semangat
Sekarang, hanya mendung yang ku lihat dari wajahnya yang cantik
Saat tengah malam, ketika semuanya menikmati mimpi indah
Bidadariku masih menjerit-jerit
Aku tidak bisa menikmati mimpi indahku akhir-akhir ini
Karena bidadariku adalah salah satu dari mimpiku yang paling indah
Mimpiku, aku ingin membalas jasanya dengan memberikan kebahagiaan
Mimpiku, aku ingin menunjukkan hasil dari doa-doa yang selama ini ia panjatkan
Karena hanya doa darinya yang mampu mengantarku menjadi seorang manusia
Seorang manusia yang baik untuk semua orang di bumi
Saat aku kecil, bidadariku selalu mengajarkan kebaikan
Ia selalu menyuruhku untuk memberikan senyumanku kepada siapapun
Entah untuk orang yang menyayangiku
Maupun yang datang hanya untuk melukaiku
Bidadariku adalah penjaga disaat aku terlelap
Bidadariku adalah koki terhebat disaat aku lapar
Dan bidadariku adalah penyemangat terbesar dalam hidupku
Bidadariku, aku ingin engkau cepat pulih
Aku ingin melihat engkau terbang kesana dan kemari
Seperti apa yang biasa engkau suka
Bidadariku, aku ingin melihat senyumanmu lagi
Karena senyuman adalah hal paling cantik yang kau miliki
Aku menyayangimu, bidadariku
Aku ingin kau kembali menjadi senyuman terindah
Dan juga penyemangat terhebat
Inilah catatan harian seorang gadis, disamping bidadarinya yang terluka
Senin, 21 Desember 2015
Mama
Aku bukan salah satu dari anak perempuan yang selalu berbakti kepada Mama
Aku adalah salah satu dari beberapa anak yang terkadang melupakan Mama
Aku selalu lupa akan tiba masanya dimana Mama tidak seperti dulu
Tidak bisa melakukan rutinitasnya setiap hari di rumah
Dulu, aku mengabaikan perintah Mama untuk membantunya
Aku mengabaikan nasehat Mama untuk pulang lebih awal
Karena ia sudah letih mengerjakan semuanya
Karena ia belum beristirahat sedikit pun
Namun aku, tertawa-tawa, berbahagia di tempat lain
Tak sedikit sikapku yang terus melukai hatinya yang lembut
Aku tak pernah sadar tubuhnya semakin lemah dan semakin lemah
Aku kacau saat Mama tak berdaya
Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan
Rumah yang dahulu wangi, kini mulai tak terurus
Karena aku tak pernah mau belajar bagaimana mengurus semua ini
Setiap malam mama meringis kesakitan karena punggungnya sakit
Kakinya yang lambat laun tidak bisa menopang tubuhnya
Kali ini aku baru sadar betapa aku mencintainya
Betapa aku membutuhkannya di setiap nafasku
Aku merindukannya
Selalu merindukan dirinya yang sehat
Disini, dalam perjalananku menuju tempat belajarku
Aku menyampaikan rasa sayang dan rinduku padanya
Kata demi kata aku rangkai untuk mengucap rasa maafku padamu, Mama
Aku anak yang pengecut karena tak bisa mengucapnya langsung
Namun, satu yang terpenting
Cepat kembali pulih Mama
Cepat kembali ceria seperti dulu
Aku tidak bisa melakukan banyak hal untuk menghapus semuanya
Aku mencintaimu, Mama
—22 Desember 2015, 08:46, pada Hari Ibu
Aku adalah salah satu dari beberapa anak yang terkadang melupakan Mama
Aku selalu lupa akan tiba masanya dimana Mama tidak seperti dulu
Tidak bisa melakukan rutinitasnya setiap hari di rumah
Dulu, aku mengabaikan perintah Mama untuk membantunya
Aku mengabaikan nasehat Mama untuk pulang lebih awal
Karena ia sudah letih mengerjakan semuanya
Karena ia belum beristirahat sedikit pun
Namun aku, tertawa-tawa, berbahagia di tempat lain
Tak sedikit sikapku yang terus melukai hatinya yang lembut
Aku tak pernah sadar tubuhnya semakin lemah dan semakin lemah
Aku kacau saat Mama tak berdaya
Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan
Rumah yang dahulu wangi, kini mulai tak terurus
Karena aku tak pernah mau belajar bagaimana mengurus semua ini
Setiap malam mama meringis kesakitan karena punggungnya sakit
Kakinya yang lambat laun tidak bisa menopang tubuhnya
Kali ini aku baru sadar betapa aku mencintainya
Betapa aku membutuhkannya di setiap nafasku
Aku merindukannya
Selalu merindukan dirinya yang sehat
Disini, dalam perjalananku menuju tempat belajarku
Aku menyampaikan rasa sayang dan rinduku padanya
Kata demi kata aku rangkai untuk mengucap rasa maafku padamu, Mama
Aku anak yang pengecut karena tak bisa mengucapnya langsung
Namun, satu yang terpenting
Cepat kembali pulih Mama
Cepat kembali ceria seperti dulu
Aku tidak bisa melakukan banyak hal untuk menghapus semuanya
Aku mencintaimu, Mama
—22 Desember 2015, 08:46, pada Hari Ibu
Senin, 14 Desember 2015
Sebatas Puisi #1
Dan akhirnya perasaan ini hanya berlabuh pada sebuah puisi
Jangan pernah acuhkan perempuan lainnya yang akan datang
Urusanku hanya sampai saat ini saja untuk mencintaimu
Atas nama cinta aku melepasmu untuk cinta yang lebih baik
Nampaknya kakimu akan terus dan terus menjauh dariku
Sedikit potongan hati pun tidak pernah aku rasakan sama sekali
Entah, apa sesusah ini untuk mengambil hatimu yang baik
Bagaikan jarum di dalam sebuah gunungan jerami sang peternak
Aku hanyalah salah satu bintang diantara milyaran lainnya
Salahku memang yang terlalu cepat merasakan hal itu
Tawamu adalah alasan terbesar mengapa aku jatuh cinta padamu
Indahnya senyumanmu juga menjadi segelintir mimpi indah
Andai kau bisa menatapku di balik pilar-pilar gedung ini
Nantinya mungkin kau akan bisa merasakan kehadiranku dengan kuat
Sampai-sampai kau akan merasa akulah satu-satunya perempuan
Yang mencintaimu dengan berdiam diri sambil terus menunggu
Akan datangnya keajaiban yang menghampiri hati kecilmu
Hanya Tuhan dan puisi ini yang akhirnya menjadi saksi
Bahwa aku benar-benar jatuh cinta
14 Desember 2015—00:28
Jangan pernah acuhkan perempuan lainnya yang akan datang
Urusanku hanya sampai saat ini saja untuk mencintaimu
Atas nama cinta aku melepasmu untuk cinta yang lebih baik
Nampaknya kakimu akan terus dan terus menjauh dariku
Sedikit potongan hati pun tidak pernah aku rasakan sama sekali
Entah, apa sesusah ini untuk mengambil hatimu yang baik
Bagaikan jarum di dalam sebuah gunungan jerami sang peternak
Aku hanyalah salah satu bintang diantara milyaran lainnya
Salahku memang yang terlalu cepat merasakan hal itu
Tawamu adalah alasan terbesar mengapa aku jatuh cinta padamu
Indahnya senyumanmu juga menjadi segelintir mimpi indah
Andai kau bisa menatapku di balik pilar-pilar gedung ini
Nantinya mungkin kau akan bisa merasakan kehadiranku dengan kuat
Sampai-sampai kau akan merasa akulah satu-satunya perempuan
Yang mencintaimu dengan berdiam diri sambil terus menunggu
Akan datangnya keajaiban yang menghampiri hati kecilmu
Hanya Tuhan dan puisi ini yang akhirnya menjadi saksi
Bahwa aku benar-benar jatuh cinta
14 Desember 2015—00:28
Minggu, 06 Desember 2015
Pencuri dan Kamu
Tolong! Seorang pencuri telah menghampiriku!
Mengendap-endap sampai aku tak menyadarinya
Aku kehilangan sesuatu yang berharga, lagi
Satu-satunya hati utuh yang aku miliki
Hati milikku itu baru saja selesai aku reparasi
Dengan sekuat tenagaku mencari kepingan-kepingannya
Pencuri itu tersenyum tampan sambil terus membawa hatiku
Tidak, tidak akan ada kata tertipu untuk kesekian kalinya
Namun, sang pencuri tampan itu mengambil hatiku
Berlari kesana kemari sambil membawa hatiku
Aku pun terus meneriaki sang pencuri tampan itu
Tapi salah, sang pencuri tampan itu ternyata tidak menggubrisnya
Katanya, hati ini seharusnya menjadi miliknya sejak dahulu
Tapi aku tidak pernah sadar untuk bersedia memberikannya
Karena sang pemilik hati yang sebenarnya telah menitipkannya
Tepat ketika saat itu ia meninggalkanku di tempat ini
Aku terus berusaha berlari mengambil hati yang dicuri
Namun salah, aku pun malah terjatuh di dalam dirinya
Di dalam jiwa dan pelukan sang pencuri tampan
Akhirnya aku kembali terjebak di sebuah taman yang indah
Taman itu luas berisi bidadari-bidadari nan cantik
Mereka menangis tersedu-sedu sambil mengadu kepadaku
Hati mereka ternyata juga dicuri dan tak dikembalikan
Bodohnya aku, sampai-sampai aku juga menjadi korban
Bagaimana nanti saat sang pemilik hati ini datang kembali?
Bila ia menanyakan keberadaan hati yang ia titipkan
Apa yang harus aku katakan kepadanya?
Haruskah aku mengatakan yang sebenarnya?
Hati ini telah dicuri oleh sang pencuri tampan
Karena aku lengah menjaga hati ini tetap utuh
Aku hanya sibuk mencari dan mencari dirimu, sang pemilik hati
Aku tak bisa menjaganya seperti apa yang engkau katakan
Maafkan bila saat ini aku tidak merasa bergetar lagi
Terlebih saat aku mendengar namamu terucap
Atau juga saat mereka menceritakan kabarmu
Perasaan ini berbeda semenjak hati ini dicuri olehnya
Gawatnya, aku terjebak di dalam taman bersama banyak bidadari cantik
Bukan hanya aku yang menjadi korban sang pencuri tampan
Haruskah aku berusaha kabur dari jeratan sang pencuri?
Ataukah tetap menikmati keindahan taman sang pencuri?
Mengendap-endap sampai aku tak menyadarinya
Aku kehilangan sesuatu yang berharga, lagi
Satu-satunya hati utuh yang aku miliki
Hati milikku itu baru saja selesai aku reparasi
Dengan sekuat tenagaku mencari kepingan-kepingannya
Pencuri itu tersenyum tampan sambil terus membawa hatiku
Tidak, tidak akan ada kata tertipu untuk kesekian kalinya
Namun, sang pencuri tampan itu mengambil hatiku
Berlari kesana kemari sambil membawa hatiku
Aku pun terus meneriaki sang pencuri tampan itu
Tapi salah, sang pencuri tampan itu ternyata tidak menggubrisnya
Katanya, hati ini seharusnya menjadi miliknya sejak dahulu
Tapi aku tidak pernah sadar untuk bersedia memberikannya
Karena sang pemilik hati yang sebenarnya telah menitipkannya
Tepat ketika saat itu ia meninggalkanku di tempat ini
Aku terus berusaha berlari mengambil hati yang dicuri
Namun salah, aku pun malah terjatuh di dalam dirinya
Di dalam jiwa dan pelukan sang pencuri tampan
Akhirnya aku kembali terjebak di sebuah taman yang indah
Taman itu luas berisi bidadari-bidadari nan cantik
Mereka menangis tersedu-sedu sambil mengadu kepadaku
Hati mereka ternyata juga dicuri dan tak dikembalikan
Bodohnya aku, sampai-sampai aku juga menjadi korban
Bagaimana nanti saat sang pemilik hati ini datang kembali?
Bila ia menanyakan keberadaan hati yang ia titipkan
Apa yang harus aku katakan kepadanya?
Haruskah aku mengatakan yang sebenarnya?
Hati ini telah dicuri oleh sang pencuri tampan
Karena aku lengah menjaga hati ini tetap utuh
Aku hanya sibuk mencari dan mencari dirimu, sang pemilik hati
Aku tak bisa menjaganya seperti apa yang engkau katakan
Maafkan bila saat ini aku tidak merasa bergetar lagi
Terlebih saat aku mendengar namamu terucap
Atau juga saat mereka menceritakan kabarmu
Perasaan ini berbeda semenjak hati ini dicuri olehnya
Gawatnya, aku terjebak di dalam taman bersama banyak bidadari cantik
Bukan hanya aku yang menjadi korban sang pencuri tampan
Haruskah aku berusaha kabur dari jeratan sang pencuri?
Ataukah tetap menikmati keindahan taman sang pencuri?
Jumat, 04 Desember 2015
Bunglon Jatuh Hati
Bagaikan tetesan salju putih nan cantik
Hati ini kembali mempunyai satu bunga yang indah
Aku menemukannya disudut keramaian Ibu Kota
Berbaur dengan semua ilalang-ilalang yang menjalar
Bagaikan bunga yang merekah ditengah tanah yang tandus
Kau muncul untuk mematahkan tanah-tanah yang tandus itu
Kau menanamkan berbagai bunga yang berwarna-warni
Rasanya, sedang terjadi hujan pelangi yang indah didepan mataku
Kamu memberikan senyuman pertama yang takkan ku lupa
Membuat taman bunga yang ada, kembali seperti dulu
Aku hampir lupa bagaimana rasanya melihat bunga seindah ini
Dan juga mekar seperti senyuman yang terus engkau tebarkan
Senyumanmu seperti air yang semakin mempercantik bunga-bunga
Mata indahmu membuatku terus bersyukur kepada Tuhan
Terhadap ciptaanNya yang tak akan pernah mengecewakan
Kau tetesan kebahagiaan yang Tuhan tunjukkan kepadaku
Diantara yang terindah, wajahmu masih bisa ku temukan
Walau aku tahu, aku hanyalah bunglon merah seperti senyumanmu
Lalu dengan cepat menjadi bunglon berwarna hitam legam
Seperti helaian rambutmu yang indah
Kawanku, akhirnya aku kembali jatuh hati kepada ciptaan Tuhan yang indah
Aku tidak bisa menstabilkan degup jantungku ini ketika ia hadir
Ketika ia memanggil namaku aku semakin tak bisa menahannya
Mungkin aku akan pingsan bila setiap hari ku betemu dengannya
Apa aku harus diam? Atau aku harus menyapa dirinya?
Aku tidak pernah merasa seperti ini, kawanku
Apa aku harus melemparkan senyum terbaikku untuknya?
Tapi apa senyumanku akan terlihat indah di matanya?
Aku mengucapkan terimakasih kepadamu setiap harinya
Terimakasih untuk menunjukanku bahwa masih ada titik keindahan
Diantara kepulan asap Ibu Kota yang membuat dada ini sesak
Kau begitu indah untuk terus mewarnai hari-hariku
Namamu terus aku ceritakan dalam buku catatanku
Berharap ceritaku bisa tercipta menjadi cerita yang indah
Aku berharap akhir dari cerita ini tidak akan terhenti begitu saja
Aku takut akan bertemu langit hitam lagi seperti kemarin
Aku tak tahu apakah puisi ini akan terlihat di matamu
Atau hanya sekedar melewati kedua telingamu itu
Kata orang ia harus tahu tentang perasaanku sekarang ini
Bagaimana bisa, bila aku tetap menjadi bunglon ketika kau melihatku?
Hati ini kembali mempunyai satu bunga yang indah
Aku menemukannya disudut keramaian Ibu Kota
Berbaur dengan semua ilalang-ilalang yang menjalar
Bagaikan bunga yang merekah ditengah tanah yang tandus
Kau muncul untuk mematahkan tanah-tanah yang tandus itu
Kau menanamkan berbagai bunga yang berwarna-warni
Rasanya, sedang terjadi hujan pelangi yang indah didepan mataku
Kamu memberikan senyuman pertama yang takkan ku lupa
Membuat taman bunga yang ada, kembali seperti dulu
Aku hampir lupa bagaimana rasanya melihat bunga seindah ini
Dan juga mekar seperti senyuman yang terus engkau tebarkan
Senyumanmu seperti air yang semakin mempercantik bunga-bunga
Mata indahmu membuatku terus bersyukur kepada Tuhan
Terhadap ciptaanNya yang tak akan pernah mengecewakan
Kau tetesan kebahagiaan yang Tuhan tunjukkan kepadaku
Diantara yang terindah, wajahmu masih bisa ku temukan
Walau aku tahu, aku hanyalah bunglon merah seperti senyumanmu
Lalu dengan cepat menjadi bunglon berwarna hitam legam
Seperti helaian rambutmu yang indah
Kawanku, akhirnya aku kembali jatuh hati kepada ciptaan Tuhan yang indah
Aku tidak bisa menstabilkan degup jantungku ini ketika ia hadir
Ketika ia memanggil namaku aku semakin tak bisa menahannya
Mungkin aku akan pingsan bila setiap hari ku betemu dengannya
Apa aku harus diam? Atau aku harus menyapa dirinya?
Aku tidak pernah merasa seperti ini, kawanku
Apa aku harus melemparkan senyum terbaikku untuknya?
Tapi apa senyumanku akan terlihat indah di matanya?
Aku mengucapkan terimakasih kepadamu setiap harinya
Terimakasih untuk menunjukanku bahwa masih ada titik keindahan
Diantara kepulan asap Ibu Kota yang membuat dada ini sesak
Kau begitu indah untuk terus mewarnai hari-hariku
Namamu terus aku ceritakan dalam buku catatanku
Berharap ceritaku bisa tercipta menjadi cerita yang indah
Aku berharap akhir dari cerita ini tidak akan terhenti begitu saja
Aku takut akan bertemu langit hitam lagi seperti kemarin
Aku tak tahu apakah puisi ini akan terlihat di matamu
Atau hanya sekedar melewati kedua telingamu itu
Kata orang ia harus tahu tentang perasaanku sekarang ini
Bagaimana bisa, bila aku tetap menjadi bunglon ketika kau melihatku?
Langganan:
Postingan (Atom)