Senin, 22 Juni 2015

Embarrassed featuring Pramita P.

Entah sejak kapan kepompong ini tumbuh di dalam perutku
Melahirkan kupu-kupu yang sangat indah dan menggelitik perutku
Ketika senyum itu kembali mengembang di pagi hari
Bagaimana kau terlihat begitu sempurna dimataku

Suara lembutmu bagaikan melodi di telingaku
Wajahmu adalah lukisan terindah yang Tuhan ciptakan
Aku seakan hidup diantara dandelion, angin menamparku lembut
Aku kesal, mengapa ada makhluk indah seperti dirimu

Waktu memang terus berjalan setiap harinya
Tapi tidak dengan perasaanku ini
Bodoh memang, aku terus mencintaimu setiap hari
Kau terus menebar keindahan di depan mataku ini

Tanpa kau tahu, aku selalu ada di balik kabut sejuk yang menyelimuti dirimu
Aku melakukan itu hanya untuk memastikan kau baik-baik saja
Tanpa kau tahu, aku selalu ada diantara hangatnya mentari pagi
Itu karena aku berharap kau akan bersikap hangat kepadaku

Detik ini, aku mohon kau mendengarkan diriku
Betapa besar perasaanku kepadamu
Betapa lelah aku memendam ini sendirian
Betapa kuatnya kau mematahkan tulangku hanya dengan senyumanmu

Sungguh, aku ingin menyapamu saat kau menebar senyuman itu
Apa kau ingat? Aku adalah si gadis yang berlari mengejarmu
Aku adalah gadis yang tunggang-langgang untuk mendapatkan hatimu
Aku terseok-seok diantara semua gadis yang terjerat parasmu

Mungkin kau tidak lagi menaruh perasaan apapun padaku
Aku memaklumi itu, mana mungkin kau jatuh cinta pada si gadis bodoh ini
Aku hampir mati saat melihat wajah teduhmu menatapku
Terlebih saat kau memanggil namaku dengan lengkapnya

Menurutku, dengan memendam perasaan ini adalah cara terbaik
Aku tak kuasa jika berdampingan dengan makhluk sempurna sepertimu
Bohong bila aku tidak menginginkanmu saat ini
Aku hanya belum mampu menormalkan degup jantungku saat melihatmu

Aku harap kita dapat bertemu lagi suatu saat nanti
Terlebih, disaat aku sudah bisa mengendalikan degup jantung ini
Maaf bila aku pingsan, saat kau membersihkan daun gugur dirambutku
Dan juga saat kau menggenggam tanganku dengan tangan lembutmu itu

Ini hanya puisi kecil yang bisa aku tuliskan pada sebuah origami
Dan aku hanyutkan ke sungai yang jernih seperti mata indahmu
Aku hanya bisa berharap ujung sungai ini bisa membawa suratku
Barangkali Tuhan mengijinkan engkau mengetahui apa yang aku rasakan

Requested by: Soraya Nadhifah


Senja Terakhir

Pagi ini, aku kembali membuka surat darimu
Pengakuanmu kemarin, membuatku terjaga sepanjang malam
Aku terus membaca ulang surat kecil darimu ini
Berharap apa yang aku baca itu tidak benar

Tidak, surat ini bukan untuk diriku
Apa mungkin, pengantar surat ini salah alamat
Tapi, di bawah surat ini tertera jelas namamu
Mana mungkin aku tak mengenal nama ini

Ya, aku sangat mengenalmu
Aku tau suatu hari kau akan pergi
Aku tau suatu hari semua ini akan berhenti
Aku tau suatu hari perasaan ini memudar

Tapi, apakah kamu tau?
Aku begitu bahagia hidup di duniamu
Karena terlalu bahagia itu aku melupakan sesuatu
Bahwa suatu hari kau memang akan pergi

Izinkan aku kembali hidup di duniamu
Atau sekedar bernafas di dalam mimpimu
Aku ingin menyampaikan sesuatu
Aku akan merindukanmu saat kau pergi

Kenyataan yang aku lihat ini terlalu menyakitkan
Kau hanya terdiam saat aku berjuang untuk bertahan
Kau selalu menghindar saat aku ingin memegang tanganmu
Tolong aku, jangan pergi dengan cara seperti ini

Matahari terlalu terik aku rasakan
Saat malam pun aku rasa terlalu dingin
Aku ingin kebahagiaan yang kemarin
Aku tak ingin terus terisak setiap malam

Bulir-bulir airmata itu terus jatuh ke pipiku
Tolong, bantu aku memberhentikan airmata ini
Aku memang tidak terluka ataupun berdarah karenamu
Tapi rasa sakitnya membuat airmata ini terus jatuh

Ajari aku bagaimana untuk membuatmu kembali
Seharusnya kau tulis semuanya di suratmu
Seharusnya kau tulis bahwa kau hanya pergi sebentar
Ajari aku bagaimana harus hidup tanpa melihatmu

Kau menulis, kau tak tau kapan akan kembali
Tapi tenanglah, aku akan terus bertahan disini
Aku hanya berharap suatu hari nanti masih ada ruang untukku
Untuk kembali hidup di duniamu lagi

Requested by: Soraya Nadhifah.

Sabtu, 20 Juni 2015

Day 6(#7HariTerangganaJatuhCinta): Apakah Semua Perpisahan Itu Jalan Terbaik?

Beberapa bulan ini aku sedikit sensitif dengan kata-kata; pergi, ucapan selamat tinggal, meninggalkan, ataupun pindah.
Memang tak ada yang bisa di salahkan ketika dua orang berpisah, atau teman terdekatnya harus pergi untuk menimba ilmu di kota lain. Aku juga tidak bisa memaksakan mereka harus terus disini, karena memang yang terjadi ya mereka semua harus pergi.
Salah ketika aku hanya bisa menyalahkan keadaan ini. Salah ketika aku hanya bisa terdiam saat mereka pergi. Seharusnya aku bisa mencari cara untuk menyusul, ataupun aku seharusnya bisa mengambil jalan lain yang mungkin lebih indah. Aku tak tahu, bila ternyata perpisahan dimasa SMA akan sesedih ini. Aku pikir, aku akan merasa kehilangan sebentar, lalu kembali mencari kehidupan baru dijenjang yang lebih tinggi.
Banyak orang mengatakan bahwa masa SMA adalah masa terindah didalam hidup. Iya. Aku tekankan sekali lagi bahwa memang, iya. Masa SMA adalah masa terindah. Bagaimana tidak, kamu akan merasakan indahnya jatuh cinta dengan seseorang yang mungkin tak akan kamu lupakan. SMA, juga akan mempertemukanmu dengan teman-teman seperjuangan yang akan terasa sepi bila mereka tak lagi sama-sama berjuang denganmu.
Pada tahun terakhir aku merasakan rasa lelah yang teramat sangat, apalagi saat menyelasaikan tugas-tugas dan ujian-ujian akhir menjelang kelulusan. Dan juga mengurus semua keperluan untuk ke jenjang berikutnya, akankah melanjutkan untuk kuliah ataupun ke dunia kerja.
Aku akui, aku mengeluh saat itu. Aku lelah di hadapkan dengan materi, tugas, dan ujian yang tiada hentinya. Sekolah hampir 6 jam ditambah dengan 2 jam tambahan pelajaran. Dan setelah itu mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah selama 2 jam. Saat di rumah juga pasti harus mengerjakan tugas-tugas sekolah yang di bawa ke rumah. Rasanya saat itu, aku sangat butuh liburan. Aku selalu berpikir, "Ah, tenang saja. Setelah lulus aku akan merasakan liburan yang panjang." Dan aku tak sabar menunggu hal itu.
Tapi setelah pengumuman kelulusan itu tiba, aku merasakan hal yang aneh. Perbedaan yang sangat drastis. Biasanya aku sibuk dengan segala macam tugasku, namun tiba-tiba aku harus duduk terdiam di rumah tanpa tahu harus melakukan apa-apa. Aku masih sedikit sibuk dengan ujian-ujian masuk perguruan tinggi, tapi setelah itu aku mengetahui suatu kenyataan.
Beberapa teman-temanku harus pergi ke kota lain untuk melanjutkan hidupnya di sana. Ada yang hanya untuk sementara—untuk kuliah ataupun kerja. Dan ada yang harus selamanya pindah ke kota lain. Satu persatu mengucapkan selamat tinggal kepadaku. Satu persatu berpamitan sebelum mereka pergi.
Hal yang lebih tak aku duga adalah, ketika laki-laki itu juga mengucapkan selamat tinggal. A-aku tak bisa terus menerima ucapan selamat tinggal seperti ini. Aku belum siap. Semuanya berkata, "Kita pasti akan bertemu saat nanti kita semua sudah mencapai kesuksesan."
Memang benar, suatu saat nanti kita semua pasti akan berkumpul kembali. Entah, saat temanmu baru membuka perusahaan baru. Atau di saat temanmu berhasil menemukan penelitian-penelitian baru. Atau juga mungkin di saat temanmu berada di hari bahagianya, yaitu pernikahan.
Dari semua itu, aku masih merasa hal belum puas. Aku masih bertanya-tanya, apakah aku masih bisa bertemu lagi denganmu?

Selasa, 16 Juni 2015

Day 3(#7HariTerangganaJatuhCinta): Ketika Aku, Masih Jatuh Cinta Denganmu.

Sebelum kelulusan, aku selalu takut bila aku tak akan melihatmu lagi. Aku tak bisa lagi melihatmu datang ke sekolah. Aku tak bisa lagi melihatmu duduk dan belajar dengan seriusnya di kelasmu. Aku sangat takut saat itu.
Dulu, kamu tau? Setiap aku berangkat sekolah. Aku berharap bertemu denganmu di depan gerbang dan kita bisa berjalan bersama sampai ke kelas masing-masing.
Dulu, aku selalu berharap kita bisa pergi ke kantin bersama seperti yang lain. Tapi aku bahagia, ketika aku bertemu denganmu di Masjid sekolah. Kita berjamaah bersama dengan yang lainnya. Aku bahagia dengan sederhananya.
Ahiya, aku pernah membaca sebuah nasihat.
"Dukung dia dengan perhatianmu. Dukung dia dengan doa-doamu. Walau mungkin itu efeknya tak langsung terlihat. Tapi dengan itu, dia sadar bahwa kamu adalah satu-satunya perempuan yang menjadi tempat dia bersandar.
Disaat perempuan lain menyerah dan hanya bisa mengeluh, memberontak di tengah kesibukannya. Hanya kamu satu-satunya perempuan yang bisa memberi. Kesabaran kamu lah yang menentukan, apakah kamu menjadi bagian dari rencana masa depannya atau tidak."
Setelah membaca itu, aku sadar aku harus menjadi satu-satunya perempuan yang menjadi tempat kamu bersandar. Seperti aku yang selalu menyandarkan diriku di pundakmu saat aku lelah.
Hari demi hari. Kamu semakin diam. Kamu semakin menghilang dari ceritaku. Kamu menghilang menjelang hari-hari kelulusanku. Aku ingin berbagi kebahagiaanku ini. Dimana kamu? Sudah terlalu lama kamu tenggelam di tengah kesibukanmu dan tak lagi menyapaku.
Tapi, saat ini kamu benar-benar menghilang. Kamu sudah tak lagi jadi bagian hidupku. Alasan kamu diam, menghindar, dan semuanya ini hanya untuk pergi? Hanya untuk tak melihatku menangis lagi saat kamu sibuk dan menghilang? Padahal aku pun juga punya alasan tersendiri.
Kamu tau kenapa saat itu aku masih bertahan untukmu? Kamu tau kenapa aku selalu mengabaikan rasa rinduku saat kamu sibuk? Karena untukmu. Aku tak peduli sesibuk apapun kamu, aku tak peduli seberapa lama lagi kamu harus menghilang. Tapi, kamu harus tetap di sisiku.
Kamu tau rasanya ingin menjaga seseorang, tapi sudah tidak berhak untuk menjaganya? Kamu tau rasanya bertahan di sampingmu, lalu kamu melepaskanku begitu saja?
Ah,
Aku sekarang sudah harus belajar untuk tidak memaksakan kamu untuk tinggal. Aku selalu percaya kemana saja merpati putih berpisah, mereka akan terbang untuk bersama kembali. Setelah aku lulus, aku sudah tak akan melihatmu lagi di sekolah. Tapi, aku selalu menyebutkan namamu di setiap doaku. Aku selalu ingin diri-Nya menjagamu untukku.
Aku mungkin sudah tak akan melihatmu di sekolah. Tapi perasaanku masih sama. Aku tak tau apa yang terjadi beberapa bulan dan tahun kedepannya. Apakah aku masih bisa menyayangimu atau tidak? Aku bisa jatuh cinta lagi denganmu saja aku tak tau, apalagi merasakan rasa sayang itu.
Sehat-sehat di tengah kesibukanmu. Kamu harus selalu ingat untuk bersujud kepada-Nya. Aku tak tau apakah kamu juga sering menyebut namaku atau tidak. Tapi aku berharap aku akan bertemu lagi, denganmu.
Ahiya, aku baru ingat. Terimakasih telah menepati janjimu, bahwa kamu akan menjagaku. Dan aku harap, aku masih bisa merasakan di lindungi oleh orang sepertimu.
Aku? Tenang, aku masih ada di persimpangan dimana kamu pergi saat itu. Cepat kembali bila semuanya telah selesai ya, Kebo.

Senin, 15 Juni 2015

Day 2(#7HariTerangganaJatuhCinta): Ketika Aku, Jatuh Cinta Denganmu.

Hai kamu, iya kamu. Orang yang membuatku percaya bahwa masih ada laki-laki yang pantas untuk di banggakan. Bahwa ternyata masih ada laki-laki yang pantas di percaya.
Kamu, memang sedingin es. Tapi, aku tau kamu bisa menjadi sosok yang menghangatkan. Entah, sudah berapa kali aku mengatakan bahwa kamu berbeda. Entah, sudah berapa kali aku membanggakanmu di depan teman-temanku, sampai mereka mungkin lelah mendengarnya.
Hanya karenamu, aku merasa terlindungi. Hanya karena sifatmu, aku percaya hampir sepenuhnya bahkan mungkin sudah percaya sepenuhnya kepadamu. Tapi, kenapa mereka meragukanmu?
Mereka berkata, bahwa kamu tak peduli. Mereka berkata, bahwa kamu tak seperti apa yang aku banggakan selama ini. Aku menjadi takut.
Ketika semuanya datang dan pergi tanpa kejelasan yang pasti. Kamu hadir diantara kegelapan rasa percayaku terhadap semua yang aku percaya. Kamu ada, dimana aku ingin seorang pendengar yang baik.
Aku tau, aku tak selalu di jadikan prioritas. Tidak jarang rasanya kamu selalu membagi waktumu antara kesibukanmu, dan aku. Tapi aku mengerti akan hal itu, kamu pasti akan berusaha untuk mempunyai waktu bersamaku, kan? Aku mempercayai itu.
Bahagia itu selalu kamu buat dengan sederhana. Kamu datang dengan eskrim. Atau kamu datang dengan segudang ceritamu. Aku juga bahagia. Apalagi saat kamu mempunyai waktu senggang, dan kita bisa berbincang sepuas hati kita. Kamu ingat?
Bahagiaku paling utama, adalah saat aku bisa merasakan tertidur di pundakmu. Kamu mengusap rambutku, sampai akhirnya kamu ikut tertidur. Ah, aku sangat merindukan yang satu itu. Kamu melakukan suatu hal yang pasti tak akan mereka bayangkan. Itu semua yang menjadi alasanku, mengapa aku menyayangimu sampai detik ini, saat aku menulis surat ini.
Aku ingat hari dimana kamu sedang sibuk-sibuknya di tengah kegiatanmu. Masih terasa sama rasanya. Aku seperti sendirian merasakan ini. Aku bertanya kepada-Nya, apakah kamu akan terus membuatku jatuh cinta?
Kalau boleh aku jujur, aku sempat merasakan rasa iri yang teramat sangat saat melihat pasangan-pasangan lain yang bisa berkomunikasi setiap harinya, aku iri melihat mereka yang bisa selalu bersama tanpa terhalang oleh waktu.
Apa aku boleh menyalahkan waktu? Apa boleh aku egois sebentar saja? Bila aku egois, mungkin aku akan membenci hari Minggu. Aku akan membenci hari libur. Aku juga akan membenci kesibukan diantara kita. Aku, juga pasti akan membenci semuanya yang membuat kamu sibuk. Tapi apa bisa aku bersikap egois seperti itu? Marah? Menuntut? Aku hanya bisa mengeluh dalam diriku.
Tolong, dengarkan yang sebenarnya terjadi pada hatiku ini.

Senin, 01 Juni 2015

Perempuan Lebih Egois?

Perempuan itu makhluk ciptaan Tuhan yang paling indah. Perempuan itu seperti mutiara, kalo lo mau mendapatkan mutiara itu ya lo harus menyelam lebih dalam ke dasar laut. Sama aja seperti lo yang harus menyelam hati si perempuan dan mengerti apa yang dia mau.
Pembahasan gue sekarang adalah mencoba menengahi pendapat laki-laki yang selalu bilang,
"Ah cewek gue egois banget, sih."
Lalu gue sebagai kang konsul hati, bertanya "egoisnya dalam hal apa aja?"
Kemudian pasien gue menjawab panjang kali lebar kali tinggi;
1. "Dia tuh sering marah-marah yang nggak jelas apa alasannya."
Jadi gini, sikap perempuan itukan udah kayak musim di Indonesia yang susah banget di tebak kadang hujan atau kadang kemarau, sampai ngebuat peramal cuaca 'retired'. Dan seharusnya ya seharusnya, laki-laki itu jadi para 'penduduk' yang lama-lama terbiasa dengan sikap perempuan yang berubah-ubah yang sama seperti cuaca.
Coba dulu lo bertahan sama sikap perempuan yang berubah-ubah gitu. Lagipula kan kalo bukan lo yang ngerti sikapnya dia, siapalagi? Kalo perempuan itu beneran sayang, dia pasti berpikir seperti ini.
"Ih kasian ya dia mengalah terus, dia juga sabar sama sikap gue yang berubah-ubah begini. Besok-besok gue ngga bakalan begitu lagi, deh."
Kalo misalkan sampe 3 bulan kemudian cewek lo begitu coba lo bilang baik-baik, "kok kamu sering marah-marahin aku, sih? Emang salah aku apa? Kamu lagi ada masalah? Cerita aja sini."
2. "Dia tuh selalu pingin pendapatnya di terima. Padahal dia aja nggak pernah mendengarkan pendapat gue."
Sebelumnya gue mau kasih contoh, yang mungkin kalian pernah rasain sama cewek lo
Cewe: Ih itu jalanannya macet, kamu belok gih lewat situ
Cowo: Bukannya lebih parah macetnya? Mending lewat jalanan ini aja
Cewe: Nggak percaya banget sih, ini macetnya panjang banget
Cowo: Udah, yang nyetir kan aku
((beberapa meter kemudian))
Cewe: Tuhkan aku bilang malah tambah macet, nanti kita telat gimana? Panas tau )#$#!$(3&"vsanac-$+v0
Cowo: Iya, maaf kan biasanya disini ngga macet
Cewe: Siapa suruh nggak dengerin!
Ada yang pernah?
Gue akuin memang perempuan itu kadang bahkan sering cerewet, bawel, dllnya itu tuh cuma buat lo doang, kok. Dia cuma ngasih pendapat yang menurut dia itu bener, nggak salahnya kan mencoba dengerin pendapatnya dia?
Nggak hanya buat laki-lakinya. Perempuannya juga harus mendengarkan pendapat laki-laki. Hubungan itukan terjalin karena komunikasi yang baik jadi ya harus saling mendengarkan, kaya slogan satu asuransi "always listening, always understanding".
Dan kalian pasti pernah baca kalo perempuan lebih banyak melakukan sesuatu itu dengan hati, sedangkan laki-laki lebih banyak melakukan sesuatu dengan logika. Jadi, mengerti kan kenapa perempuan lebih sering sakit hati kalo pendapatnya itu nggak di terima?
Nah itulah 2 kasus yang paling banyak gue denger dari temen-temen gue. Semoga bisa jadi titik tengah kalian semua yaaaa. Kalo ada kritik dan saran? Gue terima banget, kok! Emang lagi butuh juga. Hihi.