Aku malu dengan semua orang-orang yang aku bodohi
Mereka sudah lama aku bodohi, sudah lama aku tipu
Semuanya, semuanya tak pernah sadar bahwa selama ini tertipu
Atau bahkan aku yang menipu diriku sendiri?
Aku malu dengan diriku yang selalu mereka banggakan
Ia begitu disegani, ia begitu dipuja, ia disukai semua orang
Bahkan juga kamu,
aku tahu kamu begitu jatuh cinta denganku,
karena aku yang dulu
Aku tidak mengerti apa yang terjadi di dalam diriku
Tolong, aku tidak punya siapa-siapalagi untuk mengerti perubahan yang terjadi
Aku tidak punya ibu yang bisa memelukku dengan segenap jiwanya
Yang bisa aku lakukan hanya menyesali semuanya,
kemudian mengulangi dosa itu, lagi dan lagi
Sudah banyak cara aku lakukan untuk memperbaikinya
Tapi belum juga aku merasakan kebahagiaan yang dulu aku rasakan
Dulu aku merasakan bahagianya kasih sayang ibu sepenuhnya,
aku mempunyai kekuatan terbesar dari doa-doa tulus milik ibu
ah, tapi malah kubuang sia-sia, aku abaikan, aku acuhkan
Dulu aku punya kamu,
kamu yang membuat aku merasa aman dengan kejamnya dunia
Aku merasa sanggup berjuang menghadapi dunia,
itu karena kamu seorang
Tak pernah aku sadari secepat ini roda berputar
Kamu menghilang, kamu mengacuhkan aku, kamu mengabaikan tatapanku
Lalu aku kehilangan ibu, aku pun juga kehilangan kamu
Saat ini yang aku lakukan hanya melakukan apa yang bisa membuatku bahagia sementara
Setidaknya aku tidak terus-menerus menangis dan menyesal
Tapi kebahagiaan itu lebih cepat hilang,
dibandingkan kebahagiaan yang selalu ibu berikan
Aku jatuh cinta denganmu itu adalah kebahagiaan yang besar
Walau tidak sebesar cinta ibu, jatuh cinta denganmu membuatku merasa selalu bahagia
Aku ingin kebahagiaanku kembali
Aku ingin aku merasa bahagia jangka panjang
Semua orang berhasil aku bodohi,
kebahagiaan yang aku tunjukkan adalah sementara
Semuanya tidak sesempurna cinta ibu
Semuanya tidak semanis jatuh cinta dengan kamu
Ibu sudah tidak bisa aku lihat,
namun untungnya kamu masih bisa aku lihat
Ke mana aku harus mencari kebahagiaan?
Bagaimana caranya agar aku mendapatkan kebahagiaan?
Kebahagiaan dengan jangka panjang
Kebahagiaan yang membuatku tenang
Aku hanya ingin tenang
Bekasi, 23 Juli 2016.
with or without you by my side, I'm gonna achieve all the goals I have set/tapi boong/
Sabtu, 23 Juli 2016
Bertemu Kamu Lagi
Saya hari ini bertemu kamu lagi, masih selalu diam, entah karena apa. Kita pun masih sama, masih diam satu sama lainnya. Tidak berani menatap satu sama lainnya, atau apa hanya saya saja yang seperti ini?
Namun saya bersyukur kamu masih sehat, tidak kurang suatu apapun. Masih punya kedua mata yang indah untuk menatap dunia ini. Masih punya kedua kaki untuk melangkah maju. Masih mempunyai mulut untuk tertawa bahagia. Dan yang terpenting, kamu masih mempunyai senyuman dan tatapan mata itu.
Dulu, saya selalu penasaran apa ujung dari cerita ini, apa yang akan terjadi antara saya dan kamu setelah keputusan kamu yang terakhir itu. Tapi saat saya melalui hari demi hari tanpa kehadiran kamu, ternyata rasanya begitu berat, begitu sesak, begitu menyedihkan.
Berat, karena ternyata apa yang selama ini dieluh-eluhkan dan dibanggakan ternyata jauh dari harapan. Sesak, karena saya tak pernah sadar bahwa suatu saat saya akan tergantikan, cepat ataupun lambat. Menyedihkan, karena selama ini saya pikir kamu masih di sini, kamu masih ada untuk berbagi cerita bersama saya seperti biasanya.
Saya tidak merasa kecewa, bahkan, saya tidak marah. Karena memang seharusnya saya yang menyadari bahwa dunia telah berputar begitu cepat. Dan kamu tidak pernah berusaha memperbaiki semuanya, hanya saya yang selalu mencari ujung dari cerita ini.
Terimakasih sudah membuat cerita indah dengan caramu sendiri. Selalu sabar mendengarkan perempuan tak bisa diam ini berbicara. Membuat saya belajar kedepannya tak akan membuat harapan yang terlalu besar, karena tak semua orang tahu apa yang selalu saya harapkan, terutama kamu.
Saya tak berani mengatakan bahwa ini adalah ujung dari cerita yang dilalui. Karena sesekali saya masih menceritakan kamu di dalam doaku, entah apakah seluruh dunia berkata 'aamiin' namun yang saya tahu setiap saya melihat sosokmu di hadapan saya. Seluruh ruang hati saya masih bergetar.
Bekasi, 21 Juli 2016.
Namun saya bersyukur kamu masih sehat, tidak kurang suatu apapun. Masih punya kedua mata yang indah untuk menatap dunia ini. Masih punya kedua kaki untuk melangkah maju. Masih mempunyai mulut untuk tertawa bahagia. Dan yang terpenting, kamu masih mempunyai senyuman dan tatapan mata itu.
Dulu, saya selalu penasaran apa ujung dari cerita ini, apa yang akan terjadi antara saya dan kamu setelah keputusan kamu yang terakhir itu. Tapi saat saya melalui hari demi hari tanpa kehadiran kamu, ternyata rasanya begitu berat, begitu sesak, begitu menyedihkan.
Berat, karena ternyata apa yang selama ini dieluh-eluhkan dan dibanggakan ternyata jauh dari harapan. Sesak, karena saya tak pernah sadar bahwa suatu saat saya akan tergantikan, cepat ataupun lambat. Menyedihkan, karena selama ini saya pikir kamu masih di sini, kamu masih ada untuk berbagi cerita bersama saya seperti biasanya.
Saya tidak merasa kecewa, bahkan, saya tidak marah. Karena memang seharusnya saya yang menyadari bahwa dunia telah berputar begitu cepat. Dan kamu tidak pernah berusaha memperbaiki semuanya, hanya saya yang selalu mencari ujung dari cerita ini.
Terimakasih sudah membuat cerita indah dengan caramu sendiri. Selalu sabar mendengarkan perempuan tak bisa diam ini berbicara. Membuat saya belajar kedepannya tak akan membuat harapan yang terlalu besar, karena tak semua orang tahu apa yang selalu saya harapkan, terutama kamu.
Saya tak berani mengatakan bahwa ini adalah ujung dari cerita yang dilalui. Karena sesekali saya masih menceritakan kamu di dalam doaku, entah apakah seluruh dunia berkata 'aamiin' namun yang saya tahu setiap saya melihat sosokmu di hadapan saya. Seluruh ruang hati saya masih bergetar.
Bekasi, 21 Juli 2016.
Langganan:
Postingan (Atom)